BTemplates.com

Rabu, 26 Februari 2020

Menjadi Narasumber Pengendalian Hama Tikus Terpadu di Kabupaten Gresik.


TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer)

Tikus sawah merupakan hama utama penyebab kerusakan padi di Indonesia. Rata-rata tingkat kerusakan tanaman  padi mencapai  20% per tahun. Serangan tikus sawah terjadi sejak pesemaian h    ingga panen, bahkan dalam gudang penyimpanan padi. Pengendalian tikus sawah relatif lebih sulit karena sifat biologi dan ekologinya yang berbeda dibanding hama padi lainnya.
Heri Purwanto menjadi Narasumber Pengendalian Hama Tikus Terpadu.

1. penanganan terlambat → umumnya pengendalian tikus dilakukan setelah terjadi serangan.
2.   monitoring lemah → sering terjadi ledakan populasi yang tidak diantisipasi sebelumnya sehingga menimbulkan kerugian besar.
3. tidak intensif → alat dan sarana pengendalian terbatas, tidak kompak, dan tidak berkelanjutan.
4.  lebih percaya mitos → akibat tidak diketahui dan belum dipahaminya aspek dinamika populasi tikus.

STRATEGI PENGENDALIAN TIKUS

1.    Kegiatan pengendalian diprioritaskan pada awal musim tanam, dilakukan petani secara bersama-sama dan terkoordinir dalam skala hamparan, intensif, dan berkelanjutan dengan menerapkan kombinasi teknik pengendalian yang sesuai.
2. Untuk tikus lokal, pengendalian intensif dilakukan sebelum periode aktif perkembangbiakan tikus sawah yang bertepatan dengan stadia padi generatif.
3.  Untuk tikus migran yang berasal dari tempat lain, pengendalian intensif  dilakukan sebelum tikus mencapai pertanaman di lokasi target pengendalian. Misalnya dengan pemasangan LTBS memotong arah migrasi, atau fumigasi dan gropyok massal di lokasi asal tikus.
Pemaparan Materi Hama Tikus Terpadu Oleh : Heri Purwanto Tahun 2020.

TINDAKAN PENGENDALIAN
1. Wilayah endemik yang selalu terjadi serangan setiap musim tanam → lakukan pengendalian intensif berkelanjutan terutama 2 minggu sebelum dan sesudah tanam.
2.   Wilayah sporadik yang kadang-kadang terjadi serangan → lakukan monitoring intensif untuk memantau dan menekan poluasi awal. Misalnya dengan penerapan TBS tanam awal di habitat tikus seperti tepi kampung, tanggul irigasi, pematang besar, dan tanggul jalan.
3.    Wilayah aman serangan tikus →lakukan monitoring dengan memperhatikan tanda-tanda keberadaan tikus, seperti jejak kaki (footprint), lubang aktif, dan gejala serangan/kerusakan tanaman.

BERA PRA TANAM
Lakukan sanitasi habitat, gropyok atau fumigasi massal, penggunaan LTBS, dan pemakaian rodentisida apabila populasi tikus tinggi.

SANITASI TEMPAT TINGGAL TIKUS ( HABITAT ).
Pembersihan habitat tikus seperti tepi kampung, tanggul irigasi, tanggul jalan, pematang, dan saluran irigasi. Lebar dan tinggi pematang dibuat <30cm agar tidak digunakan tikus untuk membuat lubang sarangnya.

GROPYOK MASSAL
Beragam cara tangkap tikus, penggalian & penggenangan lubang aktif, perburuan dengan anjing, ngobor malam, penjeratan, pemukulan, penjaringan, dan lain-lain dengan  melibatkan seluruh petani dalam hamparan.
Anggota Poktan dan Gapoktan Desa Jrebeng Kec Dukun Kab Gresik.

FUMIGASI / PENGEMPOSAN TIKUS.
Fumigasi efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya dalam lubang sarang. Tutup lubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar.

Penerapan LTBS  (Linear Trap Barrier System)
LTBS berupa bentangan plastik / terpal setinggi 60-70cm, ditegakkan dengan ajir bambu setiap 1m, dipasang bubu perangkap setiap 20m berselang-seling arah corong masuknya. Dipasang di antara habitat tikus dengan sawah atau memotong arah migrasi tikus.

RODENTISIDA / RACUN TIKUS.
Pengumpanan hanya dilakukan apabila populasi tikus sangat tinggi, terutama pada saat awal tanam atau bera. Penggunaan rodentisaida harus sesuai dosis anjuran. Umpan ditempatkan di habitat utama tikus. seperti tanggul irigasi, jalan sawah, pematang besar, atau tepi perkampungan.

TANAM PADI SERENTAK DAN PANEN SERENTAK.
Selisih waktu tanam dalam satu hamparan usahakan tidak lebih dari 2 minggu, agar pakan terbatas sehingga tikus tidak berkembangbiak terus menerus.

PENERAPAN TBS TANAM AWAL ( TRAP BARRIER SISTEM ).
Terutama di daerah endemik tikus dengan pola tanam serempak. TBS terdiri atas (i) tanaman perangkap untuk menarik kedatangan tikus, yaitu petak padi 25m x 25m yang ditanam 3 minggu lebih awal, (ii) pagar plastik untuk mengarahkan tikus agar masuk perangkap, berupa plastik/terpal setinggi 70-80cm, ditegakkan ajir bambu setiap 1m dan ujung bawahnya terendam air, (iii) bubu perangkap untuk menangkap dan menampung tikus, berupa perangkap dari ram kawat 20cm x 20cm x 40cm dipasang pada setiap sisi TBS.

Untuk mengunduh modul dan panduan Pengendalian Hama Tikus Terpadu ( PHTT ) Kementan RI Silahkan CLIK DISINI.

Oleh : 
Heri Purwanto ( diambil dari berbagai sumber /BBPADI ).
Lamongan - Jawa Timur.
Telp / Wa. 085 330 85 4216