TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer)
Tikus sawah merupakan hama utama penyebab kerusakan padi di Indonesia.
Rata-rata tingkat kerusakan tanaman padi mencapai 20% per tahun.
Serangan tikus sawah terjadi sejak pesemaian h ingga panen, bahkan dalam gudang
penyimpanan padi. Pengendalian tikus sawah relatif lebih sulit karena sifat
biologi dan ekologinya yang berbeda dibanding hama padi lainnya.
Heri Purwanto menjadi Narasumber Pengendalian Hama Tikus Terpadu. |
1. penanganan terlambat → umumnya pengendalian tikus dilakukan
setelah terjadi serangan.
2. monitoring lemah → sering terjadi ledakan populasi yang tidak
diantisipasi sebelumnya sehingga menimbulkan kerugian besar.
3. tidak intensif → alat dan sarana pengendalian terbatas, tidak
kompak, dan tidak berkelanjutan.
4. lebih percaya mitos → akibat tidak diketahui dan belum
dipahaminya aspek dinamika populasi tikus.
STRATEGI PENGENDALIAN TIKUS
1. Kegiatan pengendalian
diprioritaskan pada awal musim tanam, dilakukan petani secara bersama-sama dan
terkoordinir dalam skala hamparan, intensif, dan berkelanjutan dengan
menerapkan kombinasi teknik pengendalian yang sesuai.
2. Untuk tikus lokal,
pengendalian intensif dilakukan sebelum periode aktif perkembangbiakan tikus
sawah yang bertepatan dengan stadia padi generatif.
3. Untuk tikus migran
yang berasal dari tempat lain, pengendalian intensif dilakukan sebelum
tikus mencapai pertanaman di lokasi target pengendalian. Misalnya dengan
pemasangan LTBS memotong arah migrasi, atau fumigasi dan gropyok massal di
lokasi asal tikus.
Pemaparan Materi Hama Tikus Terpadu Oleh : Heri Purwanto Tahun 2020. |
TINDAKAN PENGENDALIAN
1. Wilayah endemik yang
selalu terjadi serangan setiap musim tanam → lakukan pengendalian intensif
berkelanjutan terutama 2 minggu sebelum dan sesudah tanam.
2. Wilayah sporadik yang
kadang-kadang terjadi serangan → lakukan monitoring intensif untuk memantau dan
menekan poluasi awal. Misalnya dengan penerapan TBS tanam awal di habitat tikus
seperti tepi kampung, tanggul irigasi, pematang besar, dan tanggul jalan.
3. Wilayah aman serangan
tikus →lakukan monitoring dengan memperhatikan tanda-tanda keberadaan tikus, seperti
jejak kaki (footprint), lubang aktif, dan gejala serangan/kerusakan
tanaman.
BERA PRA TANAM
Lakukan sanitasi habitat, gropyok atau
fumigasi massal, penggunaan LTBS, dan pemakaian rodentisida apabila populasi
tikus tinggi.
SANITASI TEMPAT TINGGAL TIKUS ( HABITAT ).
Pembersihan habitat tikus seperti tepi
kampung, tanggul irigasi, tanggul jalan, pematang, dan saluran irigasi. Lebar
dan tinggi pematang dibuat <30cm agar tidak digunakan tikus untuk membuat
lubang sarangnya.
GROPYOK MASSAL
Beragam cara tangkap tikus, penggalian &
penggenangan lubang aktif, perburuan dengan anjing, ngobor malam, penjeratan,
pemukulan, penjaringan, dan lain-lain dengan melibatkan seluruh petani
dalam hamparan.
Anggota Poktan dan Gapoktan Desa Jrebeng Kec Dukun Kab Gresik. |
FUMIGASI / PENGEMPOSAN TIKUS.
Fumigasi efektif membunuh tikus beserta
anak-anaknya dalam lubang sarang. Tutup lubang tikus dengan lumpur setelah
difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar.
Penerapan
LTBS (Linear Trap Barrier System)
LTBS berupa bentangan
plastik / terpal setinggi 60-70cm, ditegakkan dengan ajir bambu setiap 1m,
dipasang bubu perangkap setiap 20m berselang-seling arah corong masuknya.
Dipasang di antara habitat tikus dengan sawah atau memotong arah migrasi tikus.
RODENTISIDA / RACUN TIKUS.
Pengumpanan hanya dilakukan apabila populasi
tikus sangat tinggi, terutama pada saat awal tanam atau bera. Penggunaan
rodentisaida harus sesuai dosis anjuran. Umpan ditempatkan di habitat utama
tikus. seperti tanggul irigasi, jalan sawah, pematang besar, atau tepi
perkampungan.
TANAM
PADI SERENTAK DAN PANEN SERENTAK.
Selisih waktu tanam dalam satu hamparan
usahakan tidak lebih dari 2 minggu, agar pakan terbatas sehingga tikus tidak
berkembangbiak terus menerus.
PENERAPAN TBS TANAM AWAL ( TRAP BARRIER
SISTEM ).
Terutama di daerah endemik tikus dengan pola
tanam serempak. TBS terdiri atas (i) tanaman perangkap untuk menarik kedatangan
tikus, yaitu petak padi 25m x 25m yang ditanam 3 minggu lebih awal, (ii) pagar
plastik untuk mengarahkan tikus agar masuk perangkap, berupa plastik/terpal setinggi
70-80cm, ditegakkan ajir bambu setiap 1m dan ujung bawahnya terendam air, (iii)
bubu perangkap untuk menangkap dan menampung tikus, berupa perangkap dari ram
kawat 20cm x 20cm x 40cm dipasang pada setiap sisi TBS.
Untuk mengunduh modul dan panduan Pengendalian Hama Tikus Terpadu ( PHTT ) Kementan RI Silahkan CLIK DISINI.
Oleh :
Heri Purwanto ( diambil dari berbagai sumber /BBPADI ).
Lamongan - Jawa Timur.
Telp / Wa. 085 330 85 4216