Porang (Amorphophallus
oncophyllus Prain) merupakan salah satu jenis tumbuhan umbi-umbian. Tumbuhan
ini berupa semak (herba) yang dapat dijumpai tumbuh di daerah tropis dan
sub-tropis . Belum banyak dibudidayakan dan ditemukan tumbuh liar di dalam
hutan, di bawah rumpun bambu, di tepi sungai dan di lereng gunung (pada tempat
yang lembab). Porang dapat tumbuh di bawah naungan, sehingga cocok dikembangkan
sebagai tanaman sela di antara jenis tanaman kayu atau pepohonan yang dikelola
dengan sistem agroforestry.
Heri Purwanto di Lahan Budidaya Porang di Bawah Naungan. |
Budidaya porang merupakan upaya
diversifikasi bahan pangan serta penyediaan bahan baku industri yang dapat
meningkatkan nilai komoditi ekspor di Indonesia. Komposisi umbi porang bersifat
rendah kalori, sehingga dapat berguna sebagai makanan diet yang menyehatkan.
Tumbuhan porang (Amorphophallus oncophyllus Prain)
sinonim dengan Amorphophallus muelleri
Blume dan Amorphophallus blumei Scott
). Porang dikenal dengan beberapa nama lokal, tergantung pada daerah
asalnya seperti acung atau acoan oray (Sunda), kajrong (Nganjuk) .
Amorphophallus spp. awalnya
ditemukan di daerah tropis dari Afrika sampai ke pulau-pulau Pasifik, kemudian
menyebar ke daerah beriklim sedang seperti Cina dan Jepang. Jenis A.
onchophyllus awalnya ditemukan di Kepulauan Andaman (India) dan menyebar ke
arah timur melalui Myanmar lalu ke Thailand dan ke Indonesia .
Tumbuhan porang mempunyai
batang tegak, lunak, halus berwarna hijau atau hitam dengan bercak putih.
Batang tunggal (sering disebut batang semu) memecah menjadi tiga batang
sekunder dan akan memecah menjadi tangkai daun. Perkembangan morfologinya
berupa daun tunggal menjari dengan ditopang oleh satu tangkai daun yang bulat. Pada
tangkai daun akan keluar beberapa umbi batang sesuai musim tumbuh . Helaian
daun memanjang dengan ukuran antara 60 - 200 cm dengan tulang-tulang daun yang
kecil terlihat jelas pada permukaan bawah daun. Panjang tangkai daun antara 40
- 180 cm dengan daun-daun yang lebih tua berada pada pucuk di antara tiga
segmen tangkai daun.
Tumbuhan ini mencapai tinggi
±1,5 meter, tergantung umur dan kesuburan tanah. Daur tumbuhnya antara 4 - 6 tahun,
dan menghasilkan bunga besar di bagian terminal (terdiri atas batang pendek,
spatha, dan gagang) yang mengeluarkan bau busuk . Tangkai bunga polos, bentuk
jorong atau oval memanjang, berwarna merah muda pucat, kekuningan, atau cokelat
terang. Panjang biji 8 - 22 cm, lebar 2,5 - 8 cm dan diameter 1 - 3 cm .
Letak Umbi Katak ( Bulbil ) Pada Tanaman Porang. |
Umbi porang terdiri atas dua
macam, yaitu umbi batang yang berada di dalam tanah dan umbi katak (bulbil)
yang terdapat pada setiap pangkal cabang atau tangkai daun. Umbi yang banyak
dimanfaatkan adalah umbi batang yang berbentuk bulat dan besar, biasanya
berwarna kuning kusam atau kuning kecokelatan. Bentuk umbi khas, yaitu bulat
simetris dan di bagian tengah membentuk cekungan. Jika umbi dibelah, bagian dalam
umbi berwarna kuning cerah dengan serat yang halus, karena itu sering disebut
juga iles kuning.
Panen umbi dengan cara
digali pada saat daunnya layu dan mati, bobot umbi 3 - 9 kg tergantung kondisi
iklim yang sesuai untuk pertumbuhannya. Pada setiap pertemuan batang dan
pangkal daun akan ditemukan bintil atau umbi katak (bulbil) berwarna cokelat
kehitam-hitaman yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara generatif.
Sumarwoto (2005) menyatakan bahwa bulbil ini merupakan ciri khusus yang
dimiliki porang dan tidak ditemukan pada jenis tanaman iles lainnya.
Kondisi ekologis jenis
porang tumbuh secara sporadis di hutan maupun di pekarangan sebagai tumbuhan
liar (wild type), belum dibudidayakan
secara besar-besaran serta belum banyak dikenal di kalangan masyarakat tani.
Dewanto dan Purnomo (2009) menyatakan bahwa porang dapat tumbuh pada ketinggian
0 - 700 m dpl, namun tumbuh baik pada ketinggian 100 - 600 m dpl. Pertumbuhan
porang membutuhkan intensitas cahaya maksimum 40%, dapat tumbuh pada semua
jenis tanah pada pH 6 - 7 (netral), dan tumbuh baik pada tanah yang gembur
serta tidak tergenang air.
Tunas Tanaman Porang yang Tumbuh di Lahan Budidaya. |
Tumbuhan porang sifatnya
toleran naungan (membutuhkan naungan), sehingga sangat cocok dikembangkan
sebagai tanaman sela di antara jenis kayu-kayuan, yang dikelola dengan sistem agroforestry. Intensitas naungan
yang dibutuhkan porang untuk mendukung pertumbuhannya adalah minimal 40%. Para
peneliti porang menyatakan bahwa untuk mencapai produksi umbi porang yang
tinggi diperlukan intensitas naungan antara 50 - 60%.
Tumbuhan porang dapat
dibudidayakan sebagai tanaman sela di antara pohon jati, mahoni, sonokeling,
rumpun bambu, atau di antara semak belukar. Berdasarkan hasil analisis vegetasi
oleh Wahyuningtyas, et al. (2013), porang banyak ditemukan di bawah naungan
tegakan bambu (Gigantochloa atter), jati (Tectona grandis), dan mahoni
(Swietenia mahagoni). Porang tumbuh optimal pada kondisi lingkungan, yaitu;
suhu 25 - 35 °C dan curah hujan antara 300 - 500 mm/bulan. Produksi umbi yang
optimal dapat diperoleh setelah tiga periode daur, yaitu sekitar tiga tahun .
Tumbuhan porang memiliki
beberapa siklus (periode) pertumbuhan dimana satu periode siklus berlangsung
selama 12 - 13 bulan. Siklus pertama dimulai pada musim penghujan yang ditandai
dengan munculnya tunas berasal dari umbi, kemudian tunas akan tumbuh selama 6 -
7 bulan. Selanjutnya pada musim kemarau yang berlangsung selama 5 - 6 bulan,
tunas akan mengering dan rebah. Siklus berikutnya dimulai pada awal musim hujan
dengan tangkai daun dan diameter tajuk daun yang lebih panjang/lebar
dibandingkan pada siklus sebelumnya. Tumbuhan porang yang sudah mengalami beberapa
periode siklus memiliki umbi yang lebih berat. Umbi batang umumnya dipanen pada
siklus ketiga. Pada siklus pertama dan kedua merupakan fase pertumbuhan
vegetatif dan setelah siklus ketiga, mengalami fase pertumbuhan generatif .
Batang Tanaman Porang . |
Umbi batang yang tumbuh
sehat dan subur serta berumur ± 1 tahun dapat dijadikan bibit. Menurut Pusat
Penelitian dan Pengembangan Porang Indonesia Satu umbi hanya menghasilkan satu bibit untuk
ditanam . Sedangkan bulbil dapat dikumpulkan pada masa panen sehingga bila
memasuki musim hujan, dapat langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
Tumbuhan porang yang cukup tua dapat menghasilkan bulbil ±40 buah/pohon .
Tumbuhan porang dapat
berkembang biak secara generatif melalui biji. Porang akan berbunga pada setiap
periode 3 - 4 tahun, selanjutnya menghasilkan biji/buah. Dalam satu tongkol
buah dapat menghasilkan biji ±250 butir yang dapat dijadikan benih/bibit dengan
cara disemaikan terlebih dahulu .
Porang dapat dipanen setelah
tanamannya rebah dan daunnya telah kering. Pada saat itu, kandungan glukomanan
lebih tinggi dibandingkan pada saat sebelum rebah. Kandungan glukomanan pada
awal pertumbuhan lebih rendah karena digunakan sebagai sumber energi untuk
pertumbuhan daun. Setelah daun mengalami pertumbuhan yang maksimal, glukomanan
tidak digunakan untuk proses metabolisme, sehingga terakumulasi pada umbi
hingga mencapai fase dormansi .
Budidaya porang perlu
pengelolaan yang intensif seperti pengolahan lahan untuk pembibitan dan
penanaman, pemeliharaan tanaman serta cara panen umbi. Jika benih/bibit tanaman
berasal dari biji, perlu disiapkan persemaian untuk pembibitan, dan jika sudah
berkecambah dapat dipindahkan di persemaian.
Kedalaman tanah untuk
penanaman perlu diperhatikan agar diperoleh pertumbuhan yang baik. Apabila
bibit berupa bulbil besar maka kedalaman tanam ±5 cm. Sedangkan bibit yang
menggunakan umbi batang dengan bobot kurang dari 200 g, maka kedalaman tanam
adalah ±10 cm dan jika bobot umbi lebih berat maka kedalaman tanamnya ±15 cm.
Budidaya porang, sebaiknya ada pemisahan penggunaan lahan atau dilakukan tanam
bergilir pada lahan yang tersedia yaitu lahan untuk pembibitan terpisah dengan
lahan untuk produksi sehingga dapat dilakukan pemanenan secara rutin.
Terkait beberapa panduan budidaya Porang yang bisa dijadikan acuan budidaya dilahan Lamongan , Silahkan unduh dibawah ini :
- Panduan Budidaya Porang Kementan RI Tahun 2015, Silahkan CLIK DISINI.
- Modul Budidaya Porang Hasil Penelitian Universitas Brawijaya Malang Tahun 2019 , Silahkan CLIK DISINI.
Info Lanjut :
Heri Purwanto - Telp /Wa 085 330 85 4216
Lamongan - Jawa Timur.