BTemplates.com

Jumat, 16 Maret 2018

Padi Unggul Sertani dan Perakit Padi Sertani : Prof. Surono Danu.

Padi Sertani 14 dilahan Heri Purwanto - Ds Sidomulyo Kec Mantup Lamongan.
Padi jenis Mari Sejahterakan Petani (MSP) yang dikembangkan oleh Prof. Surono Danu, bisa menghasilkan ( Potensi Hasil Uji )  10 - 14 ton gabah kering panen per hektar, jauh diatas rata-rata produksi jenis bibit padi lainnya, bahkan diatas padi jenis hibrida sekalipun, dengan usia tanam 105 sampai 110 hari setelah semai (hss) dan usia tanam 90 sampai 95 hss.


Penemunya adalah Ir. Surono Danu, pria yang lahir di Cirebon, Jawa Barat, 11 September 1951 itu, kini tinggal di Desa Nambah Dadi, Kecamatan Terbangi Besar, Lampung Tengah, Sumatera sejak tahun 1983 setelah dia keluar sebagai PNS di Jakarta. Di rumah sederhana itu, Surono memulai penelitian pada beras lokal, sampai lahirnya dua varietas padi baru, yaitu Sertani-1 dan MSP-1.


Pada tahun 1983 itu pula, Ir Surono Danu terus melakukan penelitian, hingga beberapa tahun berikutnya penemuan Surono ini direspon oleh masyarakat di Indonesia.  “Varietas padi MSP, sudah mulai ditanam sejak tahun 2005 oleh petani melalui program Mari Sejahterakan Petani diantaranya di Nusa Tenggara Barat, Lampung, Sumatera Utara dan hampir di seluruh Jawa,” Penuturan salah satu Penggiat  dan pemerhati padi sertani di Indonesia.

Sejak itu, padi jenis MSP terus dikembangkan dengan melakukan uji coba di beberapa daerah di pulau Jawa. Hasilnya menggembirakan dan hasil produksinya terus meninggat. Sedangkan pengembangan dan uji coba di wilayah pantura Jawa Tengah, digerakkan oleh Anggota Departemen Pertanian, Damayanti Wisnu Putranti SIP. Uji coba di Kota Tegal, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes sudah membuahkan hasil yang spektakuler.


Benih padi hasil temuan Surono ini, sekarang sudah dinikmati hasilnya. Pria tinggi kurus dan berambut panjang nyentrik ini, mengawali petualangannya meneliti tanaman, sejak menjejakan kaki di Lampung pada tahun 1983. “Tujuan saya untuk menambah komoditas yang otomatis akan menambah penghasilan para petani,” ujar Prof. Surono Danu .


Selama bertahun-tahun Surono menjelajahi daerah-daerah pertanian di Lampung., Surono berhasil mengoleksi 181 jenis benih padi hasil perkawinan silang. Untuk benih jantan, Surono memilih padi asal Terbanggi besar yang diberi nama ‘Dayang Rindu’. Sedangkan benih betina dipilih dua jenis padi, yaitu asal Kampung Gunungbatin yang diberi nama ‘Si rendah sekam putih’.


Dari hasil persilangan benih itu, 10 tahun kemudian Surono menemukan benih padi yang berusia tanam 150 hari. Kemudian berkembang, dengan rumus pemuliaan dan penelitian - seleksi tanaman padi , akhirnya ditemukan jenis padi berusia tanam 105 hari. Benih padi itu diberi nama Sertani -1.


Sambil terus melakukan penelitian, pada tahun 1999, Surono berhasil menemukan padi dengan usia tanam hingga panen hanya 95 hari. “Benih padi itu saya beri nama MSP-1 singkatan dari Mari Sejahterakan Petani, yang saat itu ditanam di Bogor, dan diuji tanam dalam paket analisis,” tutur Surono yang lebih sreg disebut sebagai jebolan Sekolah Pertanian Menengah Atas ( SPMA ) Bogor.


Surono menyebutkan, produktivitas benih padi jenis ini bisa menghasilkan gabah mencapai 13 ton per hektar ( Potensi Hasil Panen di lahan uji ) . Pada uji coba di Sumedang, ada yang menghasilkan 11,8 ton gabah kering panen per hektarnya. “Bagi saya, satu hal yang terpenting dari hasil riset saya berguna bagi seluruh masyarakat Indonesia,” tegas Prof. Surono Danu .


Varietas padi ciptaan Surono, menurut peneliti, mampu mengungguli hasil dari benih padi hibrida. Dari hasil survey dan penelian, varietas milik Surono dari sisi aroma, rasa, tampilan dan tingkat pulennya rata-rata indeksnya delapan. Varietas padi hibrida, banyak ditanam di Cina dan mampu mendongkrak produksi beras di Cina. Dari lahan seluas 15,2 juta hektar padi di Cina sudah menggunakan padi hibrida, sehingga produksinya meningkat hingga 30 persen.


Dengan demikian, benih padi MSP ini bisa mengimbangi bahkan melebihi padi jenis hibrida. Kalau hibrida kurang cocok di daerah tropis seperti Indonesia, MSP justru adaptif dan tahan dari serangan hama wereng. “Saat ini yang sedang dalam persiapan dikembangkan ada 66 jenis, yaitu MSP-1 sampai MSP-18 yang memiliki usia tanam 105 sampai 110 hari setelah semai (hss). Dan EMESPE-1 sampai EMESPE - 48 dengan usia tanam 90 sampai 95 hss,” papar Surono Danu.


Pada panen hasil uji coba benih MSP di Kota Tegal, benih MSP yang ditanam di sawah seluas 1650 meter persegi, mampu menghasilkan gabah sebanyak 15 kwintal. Dengan ukuran luas yang sama dan menggunakan bibit padi biasa sebanyak 5 Kg, paling-paling hanya menghasilkan gabah sekitar 9 kwintal. Selain hasil produksinya melimpah, menurut Mindo Sianipar yang hadir pada acara itu, keunggulan lain yang dimiliki padi dari benih MSP adalah bulir gabah yang dihasilkan dalam satu malay, lebih banyak dari bulir padi yang dihasilkan oleh padi dari jenis biasa. Di sisi lain, padi MSP tersebut memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh jenis padi lain, yaitu batang pohon yang kokoh, Bulir berekor( Bertugi ) helai daun yang lebar dan tahan terhadap serangan hama.


“Gabah yang dihasilkan oleh padi jenis MSP benar-benar mampu mensejahterakan petani. Soalnya, gabah yang dihasilkan jumlahnya bisa lebih banyak dari biasanya,” kata Mindo.


Pada kesempatan penyemprotan pada tanaman padi seluas 1/4 hektar yang ditanam menggunakan bibit padi MSP di lahan uji , Lukman Hakim Sibuea mengungkapkan, bahwa padi jenis MSP , Relatif tahan dari serangan hama tikus. Itu karena tanaman padi yang menggunakan bibit MSP yang disemprot dengan pupuk organic cair MSP pula, mempunyai batang dan daun yang keras, serta tingginya mencapai rata-rata satu setengah meter. Biaya produksi padi MSP juga rendah, serta hasil panen yang lebih tinggi dari padi jenis lain.


Dijelaskan, pupuk organic cair MSP harganya hanya Rp 30 ribu per liter, bisa digunakan untuk tanaman padi seluas satu hektar. Sementara obat-obatan lainnya harganya antara Rp 45 - 60 ribu per liter. Penggunaan pupuk organic cair MSP dari tanam sampai panen hanya dilakukan 6 sampai 8 kali. Selain itu, masa panen padi jenis MSP bisa lebih cepat 20 hari dari padi jenis lainnya.


“Kalau biasanya biaya produksi mencapai Rp 6 juta per hektar, tapi dengan menggunakan benih padi dan pupuk MSP bisa ditekan hanya sekitar Rp 4 juta. Keuntungan lainnya, panen bisa lebih cepat dan hasilnya 1 hingga 2 ton diatas jenis padi lainnya,” terang pak Lukman .


Pada panen perdana padi MSP di Desa Pamengger, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, dari uji coba di lahan seluas 800 meter persegi, menghasilkan gabah sebanyak 692 kilogram. Jika ditanam di lahan seluas satu hektar, maka akan menghasilkan diatas 9 ton gabah.


“Hasil panen padi jenis biasa hanya 6,5 sampai 7 ton per hektar. Itu artinya jenis padi MSP berada diatasnya. Dan hal lain yang menjadi unggulan, usia padi MSP sejak mulai tanam sampai panen hanya 105 hari,” tutur salah satu petani yang menggunakan benih Sertani dan Pupuk Cair yang juga diberi nama MSP tersebut. Menurutnya selama masa tanam uji coba di lahan, Pemupukan dilakukan sebanyak 3 Kali ditambah dengan penyemprotan pupuk organik cair MSP sebanyak 5 kali. 


Menurut pengamatan saya pribadi selama membudidayakan benih sertani                    ( Khususnya Sertani 14 ) di Lahan Lamongan ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan yaitu  :

Satu hektare tanaman padi Sertani  mampu memproduksi gabah hingga 14 ton ( Potensi Hasil ) . Sedangkan potensi hasil SERTANI 14 mampu menghasilkan gabah kering panen 10 - 13 Ton / Ha dengan usia panen kisaran 85 -95 Hari setelah Sebar Benih ( HSS ).  Benih ini tidak memiliki perawatan khusus bahkan tidak membutuhkan suplai air yang memadai karena benih ini mampu menyerap oksigen dengan sendirinya. Justru dengan pasokan air yang lebih banyak, produksi menjadi tidak maksimal. Benih ini juga mampu hidup di berbagai kondisi tanah apa pun seperti perladangan, gogo rancah, sawah, dan salinitas atau lahan yang kurang bagus untuk produksi. 

Satu hektare benih Sertani  hanya membutuhkan pupuk sintetis / kimia lebih sedikit bila dibanding varietas lainnya. Sertani juga sangat cocok apabila dibudidayakan dengan cara full organik atau semi organik karena kebutuhan pupuk yang tidak terlalu banyak ( peka pupuk ) , Yang lebih penting lagi, Sertani  relatif tahan terhadap hama apa pun seperti hama tikus. Menurut refrensi awal dari Sertani -1 ,Bila batang tanaman padi ini digigit tikus, batangnya mampu menutup luka akibat gigitan hama hanya dalam waktu 24 jam dan tetap bisa tumbuh dengan baik ( kisah awal ditemukannya sertani - 1 ) .

”Benih Sertani  memiliki antibodi sendiri sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit. Saya mengharapkan pemerintah dapat memanfaatkan padi ini untuk menjadi benih unggul dalam mendongkrak produksi padi nasional," Penuturan penemu sertani,  Prof. Surono Danu. 
 
Khusus untuk SERTANI 14 ada beberapa karakter khusus dalam hal perawatannya seperti Sertani 14 ini  termasuk tanaman padi yang peka dengan pemupukan utamanya terhadap unsur nitrogen ( Urea ) dan juga peka terhadap air sehingga selama budidaya sertani 14 diharapkan penggunaan urea yang tidak terlalu berlebihan ( pengalaman kita dan petani binaan pemakaian urea maksimal 60 Kg per Hektar ), Tanaman padi jangan terlalu lama terendam air, pemberian nutrisi dan zat hormon ( zpt ) lewat daun selama budidaya sebanyak 3 kali    ( umur 15 hst, umur 30 hst, dan umur 45 hst ) serta penambahan nutrisi spray misal Kalium spray dan Silika pada umur 30 hst dan 45 hst atau bisa di lengkapi pada umur 60 hst.
Padi Sertani 14 di Lahan Desa Sidomulyo Kec. Mantup Kab. Lamongan
Bagi anda yang masih penasaran dengan keunggulan benih Sertani atau EmEsPe silahkan diuji di lahannya masing -masing.

Untuk Penampilan lebih detail padi sertani di lahan silahkan CLIK DISINI.
 
Heri Purwanto - Telp. 085 330 854 216
Lamongan - Jawa Timur.