Heri Purwanto : Panen Padi Umur Pendek dengan Kondisi Cekaman Kekeringan. |
Upaya peningkatan produksi
padi guna melestarikan swasembada beras menghadapi tantangan yang berat. Pada
satu sisi permintaan akan beras senantiasa meningkat akibat pertumbuhan
penduduk yang masih tinggi, perubahan pola konsumsi pangan pokok tradisional
sebagian masyarakat dari non-beras ke beras. Sementara di lain pihak, tekanan
hama, penyakit dan lingkungan serta menyusutnya lahan sawah potensial di Jawa
yang cenderung meningkat setiap tahunnya, menyebabkan peningkatan produksi
beras untuk mencapai tingkat produksi lestari dan mengimbangi peningkatan
permintaan akan sulit dilakukan. Salah satu alternatif untuk mengatasi
permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan peningkatan produktivitas sawah
yang ada dan pengembangan padi umur pendek dan tahan kekeringan dilahan
sub-optimal terutama pada lahan kering.
Kebutuhan air setiap tanaman
berbeda, baik total maupun fase pertumbuhannya, tergantung pada jenis tanaman,
keadaan medan tanah, sifat-sifat tanah, cara pemberian air, pengolahan tanah,
iklim, waktu tanam, kandungan air tanah, efisiensi irigasi, curah hujan
efektif, koefisien tanaman bulanan, pemakaian air konsumtif, perkolasi dan kebutuhan
air untuk tanaman.
Kondisi Lahan Yang Kekurangan Air di Kec Mantup Lamongan. |
Cekaman kekeringan
menyebabkan terganggunya keseimbangan proses metabolisme tanaman yang
diakibatkan oleh kurangnya ketersediaan air. Hal ini karena air memegang
peranan penting dalam proses transportasi dan translokasi unsure hara antara
sel dan antar jaringan, dalam pembelahan dan pembesaran sel, serta peranannya
dalam proses fisiologis dan metabolisme tanaman. Mekanisme membuka dan
menutupnya stomata akan mengontrol pertukaran gas oleh daun tanaman terhadap
lingkungannya, sehingga akan berpengaruh pada proses metabolisme pertumbuhan
dan perkembangan tanaman.
Pada kondisi kekurangan air,
akan terjadi penurunan fotosintesis tanaman akibat terjadinya penurunan tekanan
potensial daun, aktifitas metabolisme, jumlah daun dan luas daun. Penurunan
aktifitas metabolisme selain disebabkan oleh penurunan jumlah dan luas daun,
juga akibat penutupan stomata sehingga menyebabkan penurunan biomassa. Semakin
tinggi cekaman air mengakibatkan makin rendahnya transpirasi dan meningkatkan
difusi daun.
Cekaman kekeringan yang
berlangsung lama dapat meningkatkan ketebalan dan kepadatan kutikula dan
mengganggu metabolisme dalam tubuh tanaman. Kelayuan pada tanaman akibat
kekeringan dapat menyebabkan kutikula kurang permeabel pada air. Status ini
menimbulkan kelambatan pada pertumbuhan batang dan daun, mengurangi kecepatan
transport ion, menurunkan respirasi, menurunkan aktifitas enzim, menghambat
pembelahan sel dan mengurangi sintesa protein .
Keterbatasan Tenaga Panen Jadi Kendala di Mantup Saat MT 2 |
Menurut Bohnet dan Jensen,
tanggap tanaman terhadap cekaman kekeringan dibedakan atas toleran dan peka.
Tanaman toleran mampu mengakumulasi senyawa terlarut dalam jumlah banyak,
sedangkan tanaman peka kurang atau tidak mampu mengakumulasi senyawa terlarut
tersebut. Pengetahuan tentang saat fase kritis tanaman sangat penting bagi
pemuliaan tanaman dalam kaitannya dengan penentuan saat yang tepat untuk
memberikan cekaman kekeringan dalam program seleksi untuk menentukan genotype -
genotipe yang tahan terhadap kekeringan.
Menurut Sudarmawan ( 2010 ) Pada
beberapa varietas padi, kriteria ketahanan tanaman terhadap kekeringan juga
dapat dilihat dari sifat perakaran yang dimiliki atau melalui uji daya tembus
akar (Hanum, 2011). Karena respons genotipe tanaman terhadap cekaman kekeringan
pada saat tersebut menjadi maksimum, sehingga perbedaan keragaman antar
genotipe pun menjadi maksimum. Oleh karena itu perlu dilakukan core collection,
seleksi dan karakterisasi terhadap plasma nutfah padi yang tahan pada cekaman
kekeringan dalam rangka perakitan kultivar toleran kekeringan.
Skala Uji Untuk Mengetahui Tingkat Toleran Cekaman Kekeringan Pada Tanaman Padi. |
Perbedaan
ketahanan antar tanaman padi terhadap cekaman kekeringan seperti indikasi di
atas merupakan ekspresi dari sifat atau potensi genetik dari tanman –
tanaman tersebut. Sejalan dengan hal
ini, Jumin (1992) menyatakan bahwa setiap varietas memberikan respon yang
berbeda terhadap faktor lingkungan yang sama. Tanaman membutuhkan keadaan
lingkungan yang optimum untuk mengekspresikan potensi genetiknya secara utuh
dan penuh. Lebih lanjut dikemukakan bahwa keadaan lingkungan yang optimum dapat
berbeda diantara jenis tanaman tergantung pada keragaman susunan genetiknya.
Ketahanan tanaman terhadap cekaman tertentu dipengaruhi oleh sifat-sifat
varietas tersebut, baik morfologi maupun fisiologi. Menurut Jumin (1992) bahwa varietas yang dapat
mempertahankan proses pertumbuhannya selama keadaan air terbatas merupakan
varietas yang mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan kekurangan air.
Oleh :
Heri Purwanto
Lamongan - Jawa Timur.
Telp / Wa. 085 330 85 4216
Telp / Wa. 085 330 85 4216