Para Petani Lokal yang Masih Fanatik Mempertahankan Keanekaragaman Padi Nusantara. |
Indonesia
sebenarnya memiliki keragaman genetik padi yang besar, karena kepulauan
nusantara dulunya menyatu dengan benua Asia yang merupakan pusat asal (center of
origin ) tanaman padi. Menurut Vavilov (1926), pusat asal spesies padi adalah
India. Dengan demikian Indonesia layak diduga sebagai pusat asal sekunder ( secondary
center of origin ) spesies padi. Hal itu juga secara empiris dibuktikan dengan
ditemukannya banyak spesies liar padi di Indonesia (Abdullah 2006).
Sebelum
adanya teknologi Revolusi Hijau, petani di setiap wilayah menanam padi lokal
yang beradaptasi pada agroekosistem spesifik. Varietas lokal tersebut telah dibudidayakan
sejak berabad-abad lalu secara turun - temurun. Dalam perjalanannya, varietas
lokal tersebut telah beradaptasi pada kondisi agroekosistem dan cekaman biotik
maupun abiotik di wilayah setempat. Kondisi agroekosistem yang bersifat
suboptimal seperti kekeringan, lahan masam, lahan tergenang, keracunan besi,
dan lain-lain akan membentuk varietas lokal toleran terhadap kondisi suboptimal
tersebut. Setiap musim petani memilih varietas padi dengan rasa nasi enak, sehingga
varietas lokal pada umumnya memiliki mutu yang tinggi.
Penggunaan
varietas lokal dalam program pemuliaan telah sering dianjurkan, dengan tujuan
untuk memperluas latar belakang genetik varietas unggul yang akan dihasilkan.
Penggunaan gen-gen tahan terhadap berbagai cekaman yang dimiliki varietas lokal
dalam pemuliaan tanaman dapat meningkatkan keunggulan varietas unggul yang akan
dihasilkan.
Menurut
peneliti Nafisah (2007) menggunakan padi lokal sebagai tetua persilangan untuk
memperoleh sifat ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri ( Xanthomonasoryzae ) .
Dari kegiatan tersebut telah dihasilkan galur-galur yang memiliki ketahanan
terhadap hawar daun bakteri yang bersifat multigenik. Abdullah ( 2008, 2009) menggunakan
padi liar dan padi lokal sebagai tetua untuk memperoleh padi tipe baru dan
telah diperoleh galur-galur harapan yang mempunyai sifat morfologi dan
fisiologi yang lebih baik, seperti gabah hampa lebih sedikit dan lebih tahan
terhadap hama dan penyakit utama. Subandi (1984) menyilangkan beberapa varietas
lokal jagung dengan varietas unggul untuk memperoleh populasi dasar bahan
seleksi yang berlatar belakang genetik luas. Dari persilangan tersebut telah
dihasilkan beberapa varietas unggul komposit maupun sintetik.
Sejak
dilepasnya padi unggul varietas IR5 dan IR8 pada tahun 1967, secara
berangsur-angsur varietas lokal makin terdesak, apalagi sejak tahun 1970 hingga
2000 - an, anjuran penanaman varietas unggul nasional semakin intensif yang
menggantikan kedudukan varietas lokal. Pada tahun 2000-an, jumlah padi lokal di
lahan petani sudah sangat menurun (Ditjen Perbenihan 2010). Hanya di beberapa
wilayah tertentu varietas lokal masih ditanam petani karena mutu berasnya yang
baik dengan harga jual yang tinggi. Erosi genetik tanaman padi akan semakin kritis
apabila tidak dilakukan upaya pelestarian varietas lokal yang masih ada.
Varietas
lokal belum intensif digunakan sebagai tetua dalam program pemuliaan. Pemulia
cenderung memilih tetua dari varietas unggul supaya keturunan persilangan memiliki
tipe dan morfologi tanaman yang menyerupai varietas unggul sehingga memudahkan
dalam seleksi. Pemuliaan tanaman padi dengan memanfaatkan varietas lokal dengan
memperhatikan keunggulan spesifik yang dimiliki varietas lokal tersebut
diharapkan dapat meningkatkan keunggulan varietas padi yang dibudidayakan di
lokalita spesifik.
Menurut para
ahli tanaman ,mereka secara umum
menyebutkan unsur plasma nutfah yang berfungsi sebagai sumber genetik tanaman,
antara lain (1) bentuk primitif tanaman budi daya dari genus yang sama, (2)
strain liar di habitat asli dari tanaman budi daya, (3) varietas lokal, (4)
varietas lama yang tidak terpakai lagi dan galur yang dihasilkan oleh pemulia
yang tidak memiliki nilai komersial, tetapi
masih
memiliki gen yang berguna untuk pemuliaan tanaman, dan (5) genetic stock ,
yaitu aksesi plasma nutfah yang mengandung gen-gen berguna untuk membentuk
varietas modern melalui pemuliaan tanaman.
Dalam terminologi pemuliaan dan teknik budi daya,
populasi genotipe yang homogen ( uniform ),
unik, dan stabil disebut sebagai varietas atau kultivar. Setiap varietas padi
memiliki persamaan berbagai sifat, tetapi juga memiliki perbedaan karakter yang
bersifat unik. Adanya persamaan dan perbedaan tersebut sering digunakan untuk
mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan genetik antara varietas padi.
Semakin banyak persamaan karakter tanaman padi semakin dekat hubungan
kekerabatan genetiknya. Sebaliknya semakin jauh persamaan tanaman padi berarti
semakin jauh hubungan kekerabatannya. Pengelompokan berdasarkan karakter yang
sama merupakan dasar dalam pengklasifikasian varietas.
Spesies Oryza sativa berdasarkan perbedaan sifat morfologi
tanaman dan wilayah adaptasi agroekosistem dibedakan menjadi tiga subspesies
(Chang 1988):
- Subspesies Indica, umumnya tersebar di negara - negara beriklim tropis.
- Subspesies Japonica, menyebar di negara-negara subtropis seperti Jepang, Korea, Eropa (Spanyol, Portugal, Perancis, Bulgaria, Hongaria, Yunani, Yugoslavia), Afrika (Mesir), Australia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.
- Subspesies Javanica atau Subjaponica, atau Japonica tropis, atau Indojaponica menyebar di Jawa, Bali, dan Lombok. Contoh subspesies ini antara lain Pandanwangi (Cianjur), Rojolele (Klaten), Ketan Bulu Putih (Garut), Kewal (Banten).
Plasma nutfah padi berupa varietas lokal memiliki keunggulan
genetik tertentu. Padi lokal telah dibudidayakan secara turun-temurun sehingga
genotipe telah beradaptasi dengan baik pada berbagai kondisi lahan dan iklim
spesifik di daerah pengembangannya. Padi lokal secara alami memiliki ketahanan
terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman abiotik, dan memiliki kualitas
beras yang baik sehingga disenangi oleh banyak konsumen di tiap lokasi tumbuh
dan berkembangnya. Berkaitan dengan itu, varietas lokal dengan sifat-sifat unggulnya
perlu dilestarikan sebagai aset sumber daya genetik nasional dan dimanfaatkan
dalam program pemuliaan.