BTemplates.com

Jumat, 23 Maret 2018

Potensi Benih Lokal Unggul Nusantara yang Semakin Tergerus Zaman.

Para Petani Lokal yang Masih Fanatik Mempertahankan Keanekaragaman Padi Nusantara.
Indonesia sebenarnya memiliki keragaman genetik padi yang besar, karena kepulauan nusantara dulunya menyatu dengan benua Asia yang merupakan pusat asal (center of origin ) tanaman padi. Menurut Vavilov (1926), pusat asal spesies padi adalah India. Dengan demikian Indonesia layak diduga sebagai pusat asal sekunder ( secondary center of origin ) spesies padi. Hal itu juga secara empiris dibuktikan dengan ditemukannya banyak spesies liar padi di Indonesia (Abdullah 2006).

Sebelum adanya teknologi Revolusi Hijau, petani di setiap wilayah menanam padi lokal yang beradaptasi pada agroekosistem spesifik. Varietas lokal tersebut telah dibudidayakan sejak berabad-abad lalu secara turun - temurun. Dalam perjalanannya, varietas lokal tersebut telah beradaptasi pada kondisi agroekosistem dan cekaman biotik maupun abiotik di wilayah setempat. Kondisi agroekosistem yang bersifat suboptimal seperti kekeringan, lahan masam, lahan tergenang, keracunan besi, dan lain-lain akan membentuk varietas lokal toleran terhadap kondisi suboptimal tersebut. Setiap musim petani memilih varietas padi dengan rasa nasi enak, sehingga varietas lokal pada umumnya memiliki mutu yang tinggi.

 Penggunaan varietas lokal dalam program pemuliaan telah sering dianjurkan, dengan tujuan untuk memperluas latar belakang genetik varietas unggul yang akan dihasilkan. Penggunaan gen-gen tahan terhadap berbagai cekaman yang dimiliki varietas lokal dalam pemuliaan tanaman dapat meningkatkan keunggulan varietas unggul yang akan dihasilkan.

Menurut peneliti Nafisah (2007) menggunakan padi lokal sebagai tetua persilangan untuk memperoleh sifat ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri ( Xanthomonasoryzae ) . Dari kegiatan tersebut telah dihasilkan galur-galur yang memiliki ketahanan terhadap hawar daun bakteri yang bersifat multigenik. Abdullah ( 2008, 2009) menggunakan padi liar dan padi lokal sebagai tetua untuk memperoleh padi tipe baru dan telah diperoleh galur-galur harapan yang mempunyai sifat morfologi dan fisiologi yang lebih baik, seperti gabah hampa lebih sedikit dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit utama. Subandi (1984) menyilangkan beberapa varietas lokal jagung dengan varietas unggul untuk memperoleh populasi dasar bahan seleksi yang berlatar belakang genetik luas. Dari persilangan tersebut telah dihasilkan beberapa varietas unggul komposit maupun sintetik.

Sejak dilepasnya padi unggul varietas IR5 dan IR8 pada tahun 1967, secara berangsur-angsur varietas lokal makin terdesak, apalagi sejak tahun 1970 hingga 2000 - an, anjuran penanaman varietas unggul nasional semakin intensif yang menggantikan kedudukan varietas lokal. Pada tahun 2000-an, jumlah padi lokal di lahan petani sudah sangat menurun (Ditjen Perbenihan 2010). Hanya di beberapa wilayah tertentu varietas lokal masih ditanam petani karena mutu berasnya yang baik dengan harga jual yang tinggi. Erosi genetik tanaman padi akan semakin kritis apabila tidak dilakukan upaya pelestarian varietas lokal yang masih ada.

Varietas lokal belum intensif digunakan sebagai tetua dalam program pemuliaan. Pemulia cenderung memilih tetua dari varietas unggul supaya keturunan persilangan memiliki tipe dan morfologi tanaman yang menyerupai varietas unggul sehingga memudahkan dalam seleksi. Pemuliaan tanaman padi dengan memanfaatkan varietas lokal dengan memperhatikan keunggulan spesifik yang dimiliki varietas lokal tersebut diharapkan dapat meningkatkan keunggulan varietas padi yang dibudidayakan di lokalita spesifik.

Menurut para ahli tanaman ,mereka  secara umum menyebutkan unsur plasma nutfah yang berfungsi sebagai sumber genetik tanaman, antara lain (1) bentuk primitif tanaman budi daya dari genus yang sama, (2) strain liar di habitat asli dari tanaman budi daya, (3) varietas lokal, (4) varietas lama yang tidak terpakai lagi dan galur yang dihasilkan oleh pemulia yang tidak memiliki nilai komersial, tetapi
masih memiliki gen yang berguna untuk pemuliaan tanaman, dan (5) genetic stock , yaitu aksesi plasma nutfah yang mengandung gen-gen berguna untuk membentuk varietas modern melalui pemuliaan tanaman.

Dalam terminologi pemuliaan dan teknik budi daya, populasi genotipe yang homogen ( uniform ), unik, dan stabil disebut sebagai varietas atau kultivar. Setiap varietas padi memiliki persamaan berbagai sifat, tetapi juga memiliki perbedaan karakter yang bersifat unik. Adanya persamaan dan perbedaan tersebut sering digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan genetik antara varietas padi. Semakin banyak persamaan karakter tanaman padi semakin dekat hubungan kekerabatan genetiknya. Sebaliknya semakin jauh persamaan tanaman padi berarti semakin jauh hubungan kekerabatannya. Pengelompokan berdasarkan karakter yang sama merupakan dasar dalam pengklasifikasian varietas.

Spesies  Oryza sativa berdasarkan perbedaan sifat morfologi tanaman dan wilayah adaptasi agroekosistem dibedakan menjadi tiga subspesies (Chang 1988):
  1. Subspesies Indica, umumnya tersebar di negara - negara beriklim tropis.
  2. Subspesies Japonica, menyebar di negara-negara subtropis seperti Jepang, Korea, Eropa (Spanyol, Portugal, Perancis, Bulgaria, Hongaria, Yunani, Yugoslavia), Afrika (Mesir), Australia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.
  3. Subspesies Javanica atau Subjaponica, atau Japonica tropis, atau Indojaponica menyebar di Jawa, Bali, dan Lombok. Contoh subspesies ini antara lain Pandanwangi (Cianjur), Rojolele (Klaten), Ketan Bulu Putih (Garut), Kewal (Banten).
Plasma nutfah padi berupa varietas lokal memiliki keunggulan genetik tertentu. Padi lokal telah dibudidayakan secara turun-temurun sehingga genotipe telah beradaptasi dengan baik pada berbagai kondisi lahan dan iklim spesifik di daerah pengembangannya. Padi lokal secara alami memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman abiotik, dan memiliki kualitas beras yang baik sehingga disenangi oleh banyak konsumen di tiap lokasi tumbuh dan berkembangnya. Berkaitan dengan itu, varietas lokal dengan sifat-sifat unggulnya perlu dilestarikan sebagai aset sumber daya genetik nasional dan dimanfaatkan dalam program pemuliaan.