Kegiatan Pemuliaan Tanaman yang di Ikuti Heri Purwanto ( Kaos Biru ). |
Petani sebagai pemulia tanaman sebenarnya bukanlah merupakan hal yang
baru. Menyilangkan dua tanaman sejenis yang memiliki sifat berbeda,
dengan tujuan memperoleh gabungan sifat baik dari kedua tetua yang
disilangkan, sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada
anggrek; anthurium; aglaonema; dan berbagai jenis tanaman hias.
Dari para penyilang (breeder) kreatif tersebut berhasil mendapatkan
varietas atau strain baru, yang memiliki sifat baru berbeda dari
tetuanya. Beberapa varietas baru hasil silangan pemulia amatir tersebut
secara tidak resmi telah diberi nama komersial dan diperjual belikan sebagai hibrida. Pemulia anggrek yang paling produktif di Indonesia
adalah petani anggrek, bukan peneliti pemulia formal. Bahkan pada
tanaman tulip, varietas yang paling mashur karena warna bunganya hitam,
dibuat oleh petani tulip di Belanda, bukan oleh peneliti tulip.
Mendapat
inspirasi dari keberhasilan memperoleh “jenis” baru berasal dari
persilangan pada tanaman anggrek, anthurium dan tanaman lain yang
dibiakkan secara vegetatif, lantas beberapa orang berinisiatif
menyilangkan padi untuk membuat varietas baru yang lebih unggul. Sudah
barang tentu ide menyilangkan padi untuk membuat varietas unggul baru
syah sekali, dan tidak ada peraturan yang melarang. Masalahnya, apabila
pemulia petani yang ingin mandiri, tetapi tidak memahami dasar-dasar
ilmu genetika, mungkinkah mereka berhasil membuat varietas unggul padi
yang benar-benar unggul? Tanaman padi sangat berbeda cara pembiakannya
dibandingkan dengan anggrek atau anthurium, atau ubi kayu, ubi jalar dan
tebu.
Pada tanaman yang dibiakkan secara vegetatif, tanaman hibrida
dapat digandakan melalui stek, anakan, cangkok, atau kultur jaringan
untuk dijadikan bibit (benih), sehingga hasil silangan dapat langsung
dikembangkan sebagai varietas. Tidak demikian halnya dengan tanaman padi
yang dibiakkan melalui biji.
Biji Silangan Padi
Biji hasil
silangan padi, yang dihasilkan secara manual, tentu jumlahnya sangat
sedikit, mungkin hanya 10-50 biji. Biji hibrida ini tidak mungkin untuk
benih bagi areal yang luas, karena setiap ha memerlukan sekitar
400.000-500.000 biji gabah sebagai benih.
Untuk dapat mencapai jumlah
biji (benih) yang sangat banyak tersebut, biji hibrida tidak lantas
diperbanyak begitu saja, karena turunan persilangan pada generasi ke 2
dan seterusnya akan menghasilkan tanaman campuran, berasal dari
pemisahan gen-gen pada generasi ke 2, ke 3, ke 4 hingga ke 6. Di samping
itu, tidak semua tanaman turunan silangan tadi sifat-sifatnya lebih
baik dibanding tetuanya. Di sinilah perlunya seorang pemulia padi
memiliki dasar pemahaman ilmu genetika.
Proses Pengujian Hasil Pemuliaan Tanaman Padi di Lahan Seleksi Pemuliaan. |
Setiap mahasiswa yang
belajar ilmu pemuliaan akan diuji dengan pertanyaan-pertanyaan tentang:
berapa banyaknya tanaman harus dipelihara pada generasi ke 2 agar
terdapat peluang 95% memperoleh tanaman yang mengandung gabungan sifat
genetik dari tetua yang disilangkan. Banyaknya populasi ideal generasi
ke 2 sangat tergantung dari banyaknya gen-gen yang mengatur sifat-sifat
yang akan digabungkan. Semakin banyak kombinasi sifat-sifat yang
diinginkan, akan semakin besar jumlah tanaman generasi ke dua harus
ditanam untuk dipilih. Permasalahan yang sama juga berlaku untuk
populasi tanaman generasi ke 3; ke 4; ke 5 dan ke 6, sebelum dibuat
galur murni sebagai calon varietas.
Jadi apabila pada generasi ke
2; ke 3; ke 4 atau ke 5 masing-masing hanya dipelihara 10 hingga 100
batang, akan terjadi kehilangan sifat-sifat yang dicari. Dengan
menggunakan rumus, banyaknya tanaman yang harus dipelihara pada generasi
ke 2 hingga ke 6 menjadi sekitar 300 hingga 600 tanaman (batang),
tergantung metoda seleksi yang dipergunakan. Apabila galur sudah mantap
pada generasi ke 7 atau ke 8, baru dipilih “tanaman ideal” yang memiliki
sifat gabungan dari kedua tetuanya. Galur terpilih ini perlu diuji
toleransi atau ketahanannya terhadap hama utama seperti wereng coklat
dan penyakit kresek. Hanya galur yang memiliki tingkat ketahanan saja
yang dapat diteruskan untuk uji daya hasil dan uji adaptasi.
Sumber Kajian : Deptan.go.id