BTemplates.com

Minggu, 18 Maret 2018

Padi Varietas IPB 3S dari IPB Bogor yang dibudidayakan di Lamongan.

Heri Purwanto di Lahan Budidaya Padi Varietas IPB 3S Pada Tahun 2017.
Institut Pertanian Bogor (IPB) pada akhir 2012 lalu telah merilis varietas padi yang dinamakan IPB 3S. Padi ini produktivitasnya mencapai sekitar 7 ton per hektar (ha), lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sekitar 5,1 ton/ha.

Varietas padi IPB 3S diciptakan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Prof. Dr Hajrial Aswidinnoor pada 2012. Selain produktif, padi IPB 3S juga memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan beberapa varietas yang sudah dilepas oleh Kementan RI.

"Kementan kan punya produk (varietas padi) sendiri seperti Inpari, mungkin dananya ke sana. Seharusnya sekarang Kementan mengambil alih punya kami untuk dimanfaatkan," Penuturan Bapak Purwono. Setelah padi varietas IPB 3S, IPB akan menciptakan varietas padi baru lagi yang lebih sempurna. Inovasi terus dilakukan untuk mendukung target swasembada pangan. "Kami sedang merakit varietas baru, kita terus menyempurnakan. Saya yakin kita bisa membantu mencapai swasembada pangan," tutupnya.

Sebagai informasi, padi varietas IPB 3S merupakan varietas padi sawah irigasi Tipe Baru dengan arsitektur kokoh dan malai yang lebat sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan sawah, terutama pada wilayah-wilayah yang cocok.

Padi IPB 3S merupakan padi golongan Cere dengan umur tanaman kurang lebih 112 hari dan tinggi tanaman sekitar 118 cm. Jumlah produktif anakan IPB 3S 7-13 batang, bentuk tanaman tegak, bentuk gabah medium dan warna gabah kuning. Jumlah gabah per malai 223 - 350 butir dengan rata-rata hasil 7 ton/ha dan Berat 1000 butir varietas ini kurang lebih 28,2 gram dengan kadar amilosa sekitar 21.6 dan berdasar penelitian terkait indeks glikemik nasi dari IPB 3S termasuk berindeks glikemik yang rendah ( 43 - 47 ),Kelebihan lainnya adalah tak membutuhkan banyak air dan pupuk urea ( Irit pemupukan ). 

Di masa mendatang, cadangan gas untuk bahan baku pupuk urea akan semakin sedikit, begitu juga sumber daya air akan makin terbatas. Itulah sebabnya padi IPB 3S dibuat hemat pupuk urea dan air. 

"Produktivitasnya lebih tinggi 1 ton dari varietas sebelumnya, Ciherang. Pupuk ureanya kita kurangi, kita pakai phonska. Dia tidak perlu banyak air, yang penting cukup jenuh saja, jadi hemat air," kata Peneliti IPB, Dr Purwono, dalam Forum Group Discussion di Gedung Alumni IPB, Bogor yang disampaikan pada bulan Desember 2016.

Padi IPB 3S juga 'tahan banting', tahan terhadap Tungro. "Salah satu kendala di lapangan ada Tungro. Tanaman bisa jadi kerdil akibat Tungro. Padi ini jagoan untuk Tungro, tahan terhadap Tungro," ucap Purwono.
Padi IPB 3S di lahan Desa Sidomulyo Kec. Mantup Kab Lamongan Pada tahun 2017.
Menurut pengalaman penulis selama budidaya padi IPB 3S ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama budidaya padi ini misalnya : Butuh pengamatan OPT yang intens terutama ketika masa tanam ke 1 karena padi IPB 3S agak rentan serangan Blast ( Potong leher ), pengairan air yang macak - macak dan ketika tahap generatif padi jangan tergenang air terlalu lama, penggunaan urea yang bisa di subtitusi dengan pupuk ZA dan Phonska ( NPK Majemuk ) dan pada pemupukan ke 2 pemberian unsur Kalium ( K ) dan Silika ( Si ) sangat dianjurkan. Selain itu pemberian unsur Mikro ( Pupuk Organik Cair berbasis unsur mikro ) sangat dianjurkan pada umur 15 - 30 - 45 HST .serta nutrisi Asam Amino untuk membantu mengoptimalkan pengisian bulir karena Padi IPB 3S memiliki potensi bulir yang banyak ( 25- 350 Bulir / Malai ) serta malai yang panjang ( 27 - 30 cm ). 

Kami menganjurkan budidaya padi IPB 3S dilakukan pada masa tanam ke 2 dan di lahan yang tadah hujan tanpa irigasi teknis atau kondisi ketersediaan air yang susah ditentukan karena IPB 3S relatif tahan terhadap cekaman air atau kondisi kekeringan.

Untuk melihat lebih jelas penampilan Padi IPB 3S di lahan Desa Sidomulyo Kec. Mantup Kab. Lamongan, Silahkan CLIK DISINI. 

Heri Purwanto 
Lamongan - Jawa Timur.